cookieChoices = {}; Cerpen Remaja : Missing You Langsung ke konten utama

Cerpen Remaja : Missing You




Rasanya semua berjalan terlalu cepat. Kita berkenalan, kemudian bercerita tentang banyak hal sampai aku merasa bahwa kamu adalah milikku. Kamu membawa perasaan aneh pada hatiku. Setiap hari rasanya hanya ingin bertemu denganmu, atau hanya sekedar saling berbicara di telefon. Entah mengapa semua waktu kosong dalam hariku sudah terpenuhi dengan namamu. Hanya dengan memikirkanmu bisa membuat perasaanku tak karuan. Hariku yang biasa berganti penuh senyum tiap kali membayangkan hidupku denganmu.
 
Perasaanku tiap detiknya semakin dalam padamu. Kisah yang awalnya hanya ingin berteman, kini berharap lebih. Ada perasaan takut kehilangan walaupun kamu ada disampingku. Cemburu seakan sudah bersarang dalam hatiku. Otak dan jiwaku seakan dibawah kendalimu. Rasanya sesak aku bernafas ketika jauh dan takut ketika bersama. Aneh, aku tidak pernah menyukai sesuatu terlalu berlebihan seperti saat ini. Aku membayangkan diriku bagai drakula yang meminta darah darimu. Tak bisa hidup tanpa melihatmu.

Sayangnya, aku tidak merasakan hal yang sama darimu. Sedalam apapun perasaanku padamu, kamu tak pernah tahu. Atau, tak pernah mau tahu. Meskipun kita begitu dekat, tapi aku tidak pernah melihat cinta layaknya yang aku berikan padamu. Kata-kata manis diujung bibirmu memang sering terucap, namun aku tidak merasakan ketulusan didalamnya.  Apa yang salah padaku? Apa kamu tidak mencintaiku?

Mungkin, aku memang bukan siapa-siapa bagimu. Ini hanyalah keegoisanku untuk memilikimu. Nafsu yang tak tersampaikan padamu. Ini salahku, semua adalah salahku, karena aku begitu mencintaimu. Ratusan logika berusaha menolakmu, tapi hati kecilku seakan tak menggubrisnya. Harusnya aku tidak begini, lalu aku memilih menjauh darimu. Aku pergi ke tempat dimana tak ada lagi alasanmu untuk datang.

Tahukah kamu, ditempat itu rasanya mau mati. Aku hidup dengan kesendirian dan kepiluan karena terus merindukanmu. Jutaan bayangan mencoba mengalihkanku untuk mengkhawatirkanmu, tapi gagal. Kamu tahu, aku berusaha dengan keras. Sangat keras hingga aku tak tahu lagi harus apa. Sebulan aku hidup seperti itu. Tahukah kamu?

Dan saat aku kembali, semuanya tak ada lagi yang berarti bagiku. Bukan kamu, bukan juga diriku sendiri. Sekarang, siapa yang jahat?

Komentar