cookieChoices = {}; Cerpen Remaja : Harapan, Cepatlah Datang Langsung ke konten utama

Cerpen Remaja : Harapan, Cepatlah Datang

            Ku pandangi awan yang menghitam ditiup angin. Suara ribut dari langit seakan menjadi simfoni yang tepat bagiku sekarang. Kilatan cahaya terkadang juga menyapa, membuka dunia dari gelapnya mendung. Bahkan cahayanya cukup untuk membuat mata ini teringat kenangan terakhir kita dalam kilasan cepat. Pertemuanku denganmu yang mengakhiri semuanya. Hubungan, cinta dan hidupku terputus sejak hari itu. Hari aku memulai tangis yang berkepanjangan.

        Tetes demi tetes langit mulai berjatuhan ke perut bumi. Bersamaan dengan jatuhnya hujan, air matakupun ikut melayang bersamanya dan lamunanku pergi ke saat-saat aku merindukanmu. Hari dimana aku duduk disudut ruangan menanti kedatanganmu meski aku tahu kau tak akan pernah datang. Hari dimana aku menjadi pecandu pada senyummu yang melegakan dahagaku. Hari dimana aku bisa memanggil namamu dengan ringan dan penuh cinta. Tapi semua hal itu pecah berantakan.

            Aku terisak tak bersuara. Melampiaskan semua rasa sesal, malu dan marahnya pada diriku sendiri yang bodoh telah meninggalkanmu. Bodohnya aku yang telah mengadaikan kebahagiaanku untuk seorang sampah. Aku mau mengatakan, aku menyesal Haruka. Maafkan aku yang jahat ini. Maaf…

         Dinginnya air hujan membuat tubuhku menggigil. Mungkin karena sikapmu yang dinginlah yang menjadikan diriku menggigil hingga saat ini. Matamu yang tak lagi secerah matahari lalu berubah menjadi es yang tajam padaku. Bibirmu yang tak lagi menciptakan senyuman yang hangat namun sebuah kata diam yang menjadi tombak. Sikapmu yang dahulu perhatian, kini berubah menjadi permusuhan.

             Ku coba menutup mata karena tak kuasa mengingat semua hal yang pahit itu. Sia-sia. Namun sia-sia saja, dalam gelap otakku terus saja memutar kisah sedihku. Suara petir yang silih berganti tempat menjadikan suasana haru yang seakan memarahiku atas pengkhianatanku padamu. Lalu kurasakan getaran yang sangat lembut di kepala ini. Memutar ke segala arah, mengayunkanku tanpa tujuan yang tentu. Tiba-tiba kepala ini terasa berat mau jatuh.

          Dengan segala sisa tenaga, apapun tenaga itu, ku coba gerakkan tangan ini untuk saling bertemu. Suara serakku mengucap doa kepada Tuhan, berharap dia mau mau mempertemukanku lagi denganmu lagi. Ku mohon, untuk satu kali saja aku ingin melihat kembali wajahnya yang lembut. Lalu aku akan bersujud diatas kakinya untuk meminta maaf. Aku minta maaf …

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Remaja : Miftah ku

Hari ini Devy ingin berbagi dengan para reader disana. Yah, sedikit cerita nyata dari memori tapi diubah dari sudut pandang Devy. Selamat membaca...   My Story Hari ini seseorang yang terpenting bagiku akan pulang. Telah lama aku menantikannya dalam mimpiku. Seseorang yang bahkan apabila kusebut maka akan jatuh airmata rindu kepadanya. Jam demi jam terus berdetak. Aku terus menanti mereka dari dalam rumah. Rasa kantuk dan lelah melanda penantianku, tapi aku tidak akan berpindah. Tak kusadari, aku tertidur dalam keadaan menunggu. Tengah malam telah lewat. Kudengar suara hentakan sepatu mematuk aspal lapuk didepan rumah. Aku yakin, itu adalah dia. Ku buka pintu yang sejak tadi kutunggu untuk diketuk. Alkhamdulillah, dia datang. Bukan hanya dia, tapi seorang pria gagah ada disampingnya, pelindung orang yang kucintai. Ya, orang yang kucintai itu adalah kakakku sendiri. Kata orang kami sama, tapi bagiku dia memiliki nilai lebih dariku, "Tulus" itu...