cookieChoices = {}; Cerpen Remaja : Miftah ku Langsung ke konten utama

Cerpen Remaja : Miftah ku



Hari ini Devy ingin berbagi dengan para reader disana. Yah, sedikit cerita nyata dari memori tapi diubah dari sudut pandang Devy. Selamat membaca...

 My Story



Hari ini seseorang yang terpenting bagiku akan pulang. Telah lama aku menantikannya dalam mimpiku. Seseorang yang bahkan apabila kusebut maka akan jatuh airmata rindu kepadanya. Jam demi jam terus berdetak. Aku terus menanti mereka dari dalam rumah. Rasa kantuk dan lelah melanda penantianku, tapi aku tidak akan berpindah. Tak kusadari, aku tertidur dalam keadaan menunggu.

Tengah malam telah lewat. Kudengar suara hentakan sepatu mematuk aspal lapuk didepan rumah. Aku yakin, itu adalah dia. Ku buka pintu yang sejak tadi kutunggu untuk diketuk. Alkhamdulillah, dia datang.

Bukan hanya dia, tapi seorang pria gagah ada disampingnya, pelindung orang yang kucintai. Ya, orang yang kucintai itu adalah kakakku sendiri. Kata orang kami sama, tapi bagiku dia memiliki nilai lebih dariku, "Tulus" itu yang belum kumiliki darinya. Meski aku tahu ada kantung mata dan rasa lelah masih menyelimuti perjalanan mereka, tapi selalu ada senyum dalam candaan ketika aku melihat mereka. Wajah yang tak lagi cerah menjadi tanda perjalanannya selama ini. Tapi ada satu wajah mungil nan lugu yang bersembunyi dibalik pelukkan kakakku. Miftah abdurrahman firdaus. Inilah yang ditunggu-tunggu sejak 7 bulan ia lahir.

Ayah, Ibu , Kakak laki – lakiku datang mendengar riuh gurau dariku. Sambutan yang hangat dan senyuman yang menutupi kantuk pada masing – masing orang menjadi kelajutan cerita. Itu anugrah yang jarang aku lihat. 

Miftah. Harus ku akui bahwa meskipun dia masih balita dan bahkan belum bisa mengangkat kakinya sendiri, tapi dia sudah bisa menjadi perekat silaturahmi. Hanya karena dialah mimpiku untuk melihat pohon keluarga ini kembali menyatu. Untuk pertama kalinya. Mimpi itu terwujud. Aku berhutang terima kasih kepadanya.

Bagaimana bisa aku menggambarkan kebahagiaan dari ibuku? Seakan masa lalu hanyalah gurauan angin. Semua curiga dan gelisah yang menjadi pembatas antara dia dan orang tuaku seakan tak pernah ada. Cerita sedih dan perih seakan hilang ditelan bumi. Ya Rabb, kuasa-Mu memang tiada kurang.

Sementara dia shalat tahajud, malaikat mungil ini mencoba mengenali dengan satu persatu dari kami. Sorot bingung terlihat jelas dari tatapan kedua mata yang hampir tak berkedip. Namun semua itu hilang ketika senyuman manis itu keluar dan mengubah semuanya lebih ringan.

Jika ditanya padaku, peristiwa indah apa yang pernah kulalui? Ini adalah salah satu diantara kisah indahku. Kisah selanjutnya antara kami menjadi kisah idah lainnya.

Komentar

  1. I love this part too... hopefully this moment will always arise your smile
    We love you always...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cie.. cie.. yang baru baca blogku. Hahaha, Devy baru aja edit-edit blog. Yah, pasti telat deh komentarnya, hahaha

      Hapus

Posting Komentar